Oleh : albar muges
Sengaja saya memilih tema ini karena didasari dengan satu
pertanyaan yang menghantui pikiraan saya tentang peran organisasi mahasiswa (ormawa)
terhadap mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI (Unindra). Ada beberapa
peristiwa yang menggelitik saya untuk membuat tanggapan. Diantaranya berdirinya
organisasi mahasiswa yang melabelkan kedaerahan tertentu.
Menarik untuk mengikuti perkembangan pergerakan mahasiswa
Unindra karena selalu ada semacam hal baru yang dimunculkan. Pertama-tama saya
hendak mengatakan “tugas utama ormawa adalah mengelola harapan, merawat barisan
dan bergerak dengan suka cita.”
Kemunculan organisasi mahasiswa baru dalam dinamika demokrasi
kampus, pertanda ormawa gagal mewadahi kepentingan mahasiswa. Memang banyak
ormawa tidak berarti kualitas demokrasi kampus menjadi lebih baik, tapi
membatasi kritik sudah pasti mengecam demokrasi karena mengurangi apa yang
disebut dengan “The value of democracy”.
Tujuan ormawa didirikan untuk membela memperjuangkan aspirasi
mahasiswa, saya tidak paham kenapa ormawa tidak bisa produktif untuk memperjuangkaan
hal ini. Apakah ada kritik dari pers mahasiswa soal ini ? Media adalah bagian
dari kurikulum untuk melegitimasi posisi agar supaya tetap aman dan mengendalikan
informasi adalah cara "dingin" untuk melemahkan oposisi. Fenomena
inilah yang membuat ormawa semakin fanatik terhadap lembaga. Hal inilah yang
tidak disadari oleh mahasiswa secara menyeluruh sehingga ormawa benar-benar
merasa aman.
Salah satu masalah serius ormawa adalah ketika ia memilih lebih
baik mengikuti apa kata lembaga ketimbang mendengar aspirasi mahasiswa. Tidak
ada statement apa-apa dari ormawa. Selama ini yang memutuskan apa-apa yang
boleh dan apa-apa yang tidak pada akhirnya adalah lembaga, dan ormawa hanya
menuruti. Mahasiswa dibuat tidak punya pilihan.
Statement dari ormawa selama ini seakan-akan yang benar hanya di
pihak mereka sendiri dan lembaga, sehingga jika ada statement lain dari
mahasiswa dianggap keliru. Ormawa-ormawa ini memang merasa paling sok tahu dan
bijak. Menurut hemat saya, untuk menjadi produktif, kritik dari mahasiswa harus
bisa diterima dalam skema rasionalitas universal.
Memperjuangkan aspirasi mahasiswa harus dilakukan dengan tetap
berbasis pada cara yang efektif, bukan dengan memperbanyak seminar. Memperbanyak
kegiatan seputar seminar tetap tidak menyelesaikan masalah yang ada menjadi
lebih baik. Justru menjadi bukti kinerja ormawa tidak substansial. Sayang kalau
oramawa dikenal sebagai tempat untuk mewadahi aspirasi mahasiswa tapi kemudian
tidak berdampak apa-apa untuk mahasiswa karena terlalu sibuk dengan seminar.
Isu-isu seperti ini yang seharusnya perlu diangkat dan didiskusikan lebih dalam
daripada sekedar meributkan masalah-masalah yang justru tidak substansial.
Kritik adalah cara untuk menjaga agar segala sesuatu menjadi
lebih baik. Yang menyedihkan dan memuakkan dalam persoalan ini adalah tidak
pahamnya para anggota organisasi mahasiswa (ormawa) dan diamnya ketua BEM.
Seorang pemimpin akan diuji. Ia lurus-selurusnya atau bengkok dan berkilah, ia
berbakti atau menghamba.