Welcome To Blog AL Muges

AL Muges Blog

27 Mei 2018

Ormawa dan Mahasiswa


Oleh : albar muges

Sengaja saya memilih tema ini karena didasari dengan satu pertanyaan yang menghantui pikiraan saya tentang peran organisasi mahasiswa (ormawa) terhadap mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI (Unindra). Ada beberapa peristiwa yang menggelitik saya untuk membuat tanggapan. Diantaranya berdirinya organisasi mahasiswa yang melabelkan kedaerahan tertentu.

Menarik untuk mengikuti perkembangan pergerakan mahasiswa Unindra karena selalu ada semacam hal baru yang dimunculkan. Pertama-tama saya hendak mengatakan “tugas utama ormawa adalah mengelola harapan, merawat barisan dan bergerak dengan suka cita.”

Kemunculan organisasi mahasiswa baru dalam dinamika demokrasi kampus, pertanda ormawa gagal mewadahi kepentingan mahasiswa. Memang banyak ormawa tidak berarti kualitas demokrasi kampus menjadi lebih baik, tapi membatasi kritik sudah pasti mengecam demokrasi karena mengurangi apa yang disebut dengan “The value of democracy”.

Tujuan ormawa didirikan untuk membela memperjuangkan aspirasi mahasiswa, saya tidak paham kenapa ormawa tidak bisa produktif untuk memperjuangkaan hal ini. Apakah ada kritik dari pers mahasiswa soal ini ? Media adalah bagian dari kurikulum untuk melegitimasi posisi agar supaya tetap aman dan mengendalikan informasi adalah cara "dingin" untuk melemahkan oposisi. Fenomena inilah yang membuat ormawa semakin fanatik terhadap lembaga. Hal inilah yang tidak disadari oleh mahasiswa secara menyeluruh sehingga ormawa benar-benar merasa aman.

Salah satu masalah serius ormawa adalah ketika ia memilih lebih baik mengikuti apa kata lembaga ketimbang mendengar aspirasi mahasiswa. Tidak ada statement apa-apa dari ormawa. Selama ini yang memutuskan apa-apa yang boleh dan apa-apa yang tidak pada akhirnya adalah lembaga, dan ormawa hanya menuruti. Mahasiswa dibuat tidak punya pilihan.

Statement dari ormawa selama ini seakan-akan yang benar hanya di pihak mereka sendiri dan lembaga, sehingga jika ada statement lain dari mahasiswa dianggap keliru. Ormawa-ormawa ini memang merasa paling sok tahu dan bijak. Menurut hemat saya, untuk menjadi produktif, kritik dari mahasiswa harus bisa diterima dalam skema rasionalitas universal.

Memperjuangkan aspirasi mahasiswa harus dilakukan dengan tetap berbasis pada cara yang efektif, bukan dengan memperbanyak seminar. Memperbanyak kegiatan seputar seminar tetap tidak menyelesaikan masalah yang ada menjadi lebih baik. Justru menjadi bukti kinerja ormawa tidak substansial. Sayang kalau oramawa dikenal sebagai tempat untuk mewadahi aspirasi mahasiswa tapi kemudian tidak berdampak apa-apa untuk mahasiswa karena terlalu sibuk dengan seminar. Isu-isu seperti ini yang seharusnya perlu diangkat dan didiskusikan lebih dalam daripada sekedar meributkan masalah-masalah yang justru tidak substansial.

Kritik adalah cara untuk menjaga agar segala sesuatu menjadi lebih baik. Yang menyedihkan dan memuakkan dalam persoalan ini adalah tidak pahamnya para anggota organisasi mahasiswa (ormawa) dan diamnya ketua BEM. Seorang pemimpin akan diuji. Ia lurus-selurusnya atau bengkok dan berkilah, ia berbakti atau menghamba.

1 komentar:

Dula Rumalean mengatakan...

👍🏽👍🏽👍🏽

Posting Komentar

 

Welcome To Blog AL Muges Design by Insight © 2009